REFERENSI BERITA - Indonesia adalah negara yang penduduknya majemuk, terdiri dari beragam suku, adat, budaya, bahkan agama. Meski beragam, masyarakat Indonesia selama ini dikenal hidup dalam kerukunan.
Kerukunan adalah hidup damai dan tentram dalam menjalani kehidupan sosial, saling toleransi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, baik yang seagama maupun beda agama.
Termasuk dalam pengertian kerukunan, kemampuan untuk menerima adanya perbedaan suku, adat istiadat, ras dan agama (SARA).
Baca Juga: Tradisi Ngejot, Sebuah Kebiasaan Berbagi antara Umat Hindu dan Muslim di Bali
Semua umat beragama meyakini ajaran agama yang dipeluknya itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian pula umat Hindu, meyakini Kitab Suci Veda sebagai himpunan wahyu Tuhan Yang Maha Esa (divine origin) di samping kitab-kitab lain yang merupakan tafsir atau penjelas Veda.
Di dalam Kitab Suci Veda, banyak ditemukan sabda Tuhan Yang Maha Esa yang mengamanatkan untuk menumbuhkembangkan kerukunan umat beragama, toleransi, solidaritas dan penghargaan terhadap sesama manusia dengan tidak membedakan tentang keimanan yang dianutnya.
Baca Juga: Kenali Tujuh Seniman Mural Indonesia, Karya-Karyanya Sampai Mendunia
Dilansir referensiberita.com dari laman kemenag.go.id, Selasa, 14 September 2021, Rohaniawan Hindu, Komang Gegel menjelaskan, dalam pandangan Hindu, kerukunan bisa implementasikan melalui 'Tri Hita Karana'.
Ini merupakan ajaran untuk membina kerukunan, tidak hanya terhadap sesama manusia, melainkan juga terahadap Tuhan bahkan seluruh ciptaan Tuhan.
Istilah Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari tiga kata, yaitu: Tri, Hita dan Karana. Tri artinya tiga, Hita artinya bahagia, dan Karana artinya Penyebab.
Baca Juga: Deretan Fakta Somasi Luhut Binsar Pandjaitan Terhadap Haris Azhar dan Kordinator KontraS
Sehingga Tri Hita Karana memiliki arti tiga penyebab kebahagiaan (Wiana, 2007:5).
Masyarakat luas mengenal Tri Hita Karana sebagai ajaran yang mengajarkan agar manusia mengupayakan hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan.
Artikel Terkait
Saralang Kawung, Kosmetik Tradisional yang Ampuh Atasi Bekas Jerawat dan Cacar
Tradisi Pra-Sunatan Masyarakat Baduy: Geser, Peperan dan Helaran
Mengenal Tenun Baduy dan Ragam Motifnya
Adu Jangkrik, Permainan Asal Nusa Tenggara Barat yang Mengandung Unsur Mistis
Wayang Kulit tak hanya di Pulau Jawa, ini Daerah yang punya Kesenian Sejenis