REFERENSIBERITA.COM-Selain upacara adat Ujungan untuk meminta hujan kepada Allah dan juga Nyadran Gedhe, ternyata masyarakat Gumelem Banjarnegara memiliki kegiatan adat lain yang tak kalah menarik. Salah satunya bernama Gethekan. Gethekan adalah kegiatan warga Gumelem paska panen berupa syukuran atas limpahan rizki dari Allah dengan makan bersama.
Kepala Desa Gumelem Kulon Arief Machbub mengungkapkan kegiatan ini adalah warisan leluhur yang dilaksanakan 6 bulan sekali.
Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda, Menkebud: Bangsa Besar Harus Menghargai Budaya
"Kegiatan ini perlu terus kita dukung dan lestarikan sebagai kearifan lokal. Saya yakin leluhur kita membuatnya untuk manfaat, maslahat dan barokah bagi warga Gumelem. Ini adalah bentuk among rasa, among raga dan among budaya," jelas Arief.
Upacara didahului para warga yang rata-rata usia setengah baya membawa tenong atau keranjang bambu berisi nasi tumpeng dan lauk pauk beralas daun pisang. Mereka membawanya ke Paseban Agung Gumelem. Juga dilaksanakan ziarah dan doa di Petilasan Ki Ageng Giring dan makam Ki Ageng Gumelem atau Kyai Hasan Besari. Selanjutnya setelah sambutan dari kepala desa, juru kunci Sujeri berdoa dan acara diakhiri dengan makan bersama.
Baca Juga: Pemkab Purbalingga Beri Penghargaan kepada 16 Tim Relawan Pencarian Pendaki Hilang di Gunung Slamet
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara Heni Purwono menilai, kegiatan tersebut menandakan situs-situs Gumelem vital untuk dilestarikan dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
"Masyarakat pendukung budaya Gumelem sangat aktif dalam memanfaatkan situs cagar budaya yang ada di sana. Maka sangat penting pemerintah segera menetapkannya sebagai cagar budaya. Beberapa objek seperti pintu, pagar dan cungkup makam terlihat rusak dan perlu diperbaiki sesuai kaidah pelestarian cagar budaya. Jangan sampai budaya Gumelem yang dinamis terbengkalai dan tidak dirawat," ujar Heni