REFEENSI BERITA - Setelah Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan berarti perjuangan bangsa ini berhenti sampai di situ saja.
Pertentangan atas proklamasi kemerdekaan Indonesia datang dari pihak Belanda, yang sebelumnya telah angkat kaki ketika Jepang menduduki negara ini.
Periode mempertahankan kemerdekaan Indonesia atau yang lebih dikenal dengan masa revolusi kemerdekaan itu tentu memiliki sederet nama tokoh pejuang penting di dalamnya.
Baca Juga: Survei Indikator: Mayoritas Publik Setuju Pemilu Tetap Diadakan Tahun 2024
Tokoh-tokoh penting itu seperti para pahlawan, tentara, pelajar dan politisi yang namanya sudah sering kita temui di berbagai buku sejarah.
Tapi, tahukah kamu bahwa pada masa revolusi kemerdekaan indonesia juga ada peran pekerja seks. Hal ini seperti dikutip Referensi Berita.com dari Sapto, A. 2018 Jurnal Sejarah dan Budaya, Jumat, 24 Februari 2022.
Pekerja seks yang seringkali dianggap sebagai penyakit masyarakat itu rupanya memainkan peran yang cukup penting dalam masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semua itu bermula dari situasi genting yang mengancam pemerintahan Indonesia.
Baca Juga: Simak Penjelasan Kitab Qurrotul Uyun Soal Etika dan Posisi Saat Berhubungan Intim atau Jima
Ditengah kalang kabutnya petinggi negara dalam menghadapi ancaman tentara Belanda dan bahaya mata-mata sekutu, Mayor Jendral dr. Moestopo mencetuskan ide untuk pekerja seks menjadi mata-mata bagi Indonesia.
Ide tersebut sebenarnya bukan tanpa alasan. Menjadikan pekerja seks sebagai mata-mata merupakan cara efektif untuk mengatasi krisis sosial dan ekonomi yang tengah dialami masyarakat pada masa revolusi.
Cara ini pun menjadi opsi paling efisien dan nyaris tidak pernah dicurigai oleh musuh. Para pekerja seks, bandit, serta kriminal direkrut kemudian diberikan pendidikan dasar militer oleh Kolonel TB Simatupang. Mereka kemudian diberi nama pasukan Terate atau Tentara Rahasia Tertinggi.
Baca Juga: Beasiswa LPDP 2022 Resmi Dibuka, S1, S3, S3 Catat Persyaratannya
Pekerja seks yang telah mendapat pelatihan kemudian diterjunkan di daerah-daerah kekuasaan tentara Belanda seperti Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Bandung.
Tugas mereka secara garis besar adalah mengorek informasi sebanyak-banyaknya dari para tentara yang menjadi “pelanggan” mereka.
Artikel Terkait
Nama-Nama Sahabat Nabi yang Jarang Diketahui untuk Referensi Nama Bayi Laki-Laki
Menelusuri Akar Historis Halalbihalal, Benarkah Dipopulerkan Oleh Tukang Martabak Berkebangsaan India?
Kisah Dibalik Gedung Penyelenggara Konferensi Asia Afrika di Bandung Tahun 1955
Nostalgia: Lima Mainan Populer di Era Tahun 80-90-an yang Bikin Kangen
Detik-Detik Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad oleh Pasukan Mongol