Pemerhati: Seba Baduy bukan Bentuk Ketundukan Urang Kanekes

photo author
- Jumat, 6 Mei 2022 | 18:46 WIB
Diskusi soal Seba Baduy di Rangkasbitung. (Referensi Berita)
Diskusi soal Seba Baduy di Rangkasbitung. (Referensi Berita)

REFERENSI BERITA - Seba adalah kunjungan resmi Lembaga Adat Baduy ke Pemkab Lebak, Pandeglang, Serang dan Pemprov Banten. Itu dilakukan setiap satu tahun sekali.

Biasanya Seba diwakili oleh puluhan warga Baduy Dalam alias Urang Tangtu dari Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana yang selalu berjalan kaki. Peserta Seba juga diikuti perwakilan warga Baduy Luar atau Urang Panamping.

Hal ini disampaikan pemerhati Baduy, Uday Suhada saat mendampingi acara Seba di Pendopo Rangkasbitung pada Pada Jumat, 6 Mei 2022.

Baca Juga: Hepatitis Akut Mengintai, Dinkes Provinsi Banten Minta Masyarakat tetap Tenang

Dia menerangkan, awalnya untuk menuju Pendopo Rangkasbitung maupun ke tempat tujuan lain, seluruh delegasi, baik Urang Tangtu maupun Urang Panamping selalu berjalan kaki.

Tetapi sejak kendaraan roda empat beroperasi di sekitar Kecamatan Leuwidamar, delegasi Urang Panamping diperbolehkan untuk menggunakannya. Sedangkan Urang Tangtu tidak boleh, alias harus selalu mengandalkan telapak kakinya.

"Mendengar kata Seba, banyak orang memaknai sebagai bentuk ketundukan masyarakat Baduy terhadap pemerintah. Padahal dari istilah katanya saja sudah jelas, Seba yang artinya silaturahmi atau kunjungan," terang Uday Suhada.

Baca Juga: Kasus Pasien Ditandu Pakai Sarung Bukan Pertama Kali, ini Penilaian Tokoh Muda Pandeglang

Dia menerangkan, tempat acaranya biasa disebut Paseban. Mereka membawa hasil panennya berupa laksa, pisang dan hasil ladang atau huma lainnya sebagai ‘buah tangan’.

"Bagaimana mereka dikatakan tunduk, sedangkan salah satu tugas hidup mereka adalah “Ngasuh Ratu, Ngajayak Menak.” Mari kita kaji pula apa yang diucapkan oleh Tanggungan Jaro 12 yang menjadi pemimpin setiap upacara adat Seba saat menyampaikan pidatonya. Mereka datang dengan membawa pesan dan titipan," jelas Uday Suhada.

Kata dia, setidaknya ada tiga pesan utama Puun atau Pucuk Pimpinan Masyarakat Adat Baduy yang disampaikan oleh Tanggungan Jaro 12, dalam upacara sakral bagi Komunitas Adat Baduy itu.

Baca Juga: Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, Pasien yang Ditandu Menggunakan Kain Sarung itu Akhirnya Meninggal Dunia

"Pertama, bagaimana kita harus mampu memanusiakan manusia dan memuliakan kehidupan. Kedua, tegakkan hukum dan keadilan. Ketiga, menyampaikan amanat 'gunung ulah dilebur, lebak ulah diruksak'" urainya.

Intinya, itu merupakan seruan untuk menjaga keseimbangan hidup dengan alam semesta. Itu sebabnya mereka melakukan Seba ke Bupati Lebak, Bupati Pandeglang, Bupati Serang dan Gubernur Banten.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rukman Nurhalim Mamora

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Syukuran Panen, Ratusan Warga Gumelem Gelar Gethekan

Jumat, 1 November 2024 | 22:28 WIB

Jelang DCF, Film Di Hyang Negeri di Atas Awan Dirilis

Jumat, 23 Agustus 2024 | 12:31 WIB
X