REFERENSI BERITA - Jalur kereta api lintas Rangkasbitung-Labuan merupakan jalur kereta api yang dibangun dibagian tengah wilayah Banten yang menghubungkan Rangkasbitung di Kabupaten Lebak dengan Labuan di Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan informasi terbaru, Kementrian Perhubungan (Kemenhub) berencana akan mengaktifkan kembali jalur kereta api yang dibangun sejak masa kolonial Belanda tersebut, tahun ini (2022).
Secara historis, pembangun jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan, umumnya di Banten, bertujuan untuk membuka pengungkapan wilayah Banten, eksploitasi sumber daya alam, dan mengurangi ancaman keamanan yang sering terjadi di daerah tersebut.
Baca Juga: Mulyadi Jayabaya Doakan Andika Hazrumy jadi Gubernur Banten pada Tahun 2024
Berdasarkan catatan yang dikutip Referensi Berita.com dari jurnal Kala Manca stkipsetiabudhi.ac.id sejarah jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan ini pernah dioperasikan sejak tanggal 1 Juli 1900, sekaligus satu-satunya stasiun besar di Provinsi Banten,.
Sedangkan penjelasan lain mengenai kereta api Rangkasbitung-Labuan mengatakan pembangunan stasiun tersebut ditujukan untuk menunjang sarana transportasi kota Rangkasbitung sebagai kota industri di Banten pada masa kolonial.
Jalur Rangkasbitung-Labuan dilengkapi dengan 19 stasiun kereta api yang terdiri dari satu stasiun kelas station, delapan stasiun kelas halte dan sepuluh stasiun kelas stopplaats.
Baca Juga: Meski Banten Sudah Siap Hadapi Omicron, Masyarakat Tetap Harus Terapkan Prokes
Dulu kereta api yang digunakan dari stasiun Rangkasbitung-Labuan ini termasuk jenis kereta lokomotif uap, yakni yaitu kereta api yang cara pengoprasiannya menggunakan tenaga uap hasil dari pemanasan air yang dilakuan didalam badan kereta.
Lokomotif uap bisa berjalan dan menggerakan gerbong-gerbong dibelakanganya dengan tiga bagian penting dari badan kereta lokomotif yang terdiri dari ketel, rambangan, dan roda.
“Lokomotif eta rambangan janten terbagi tiga bagian, satu ketel uap na ketel, dua rambangan eta dudukan ketel terus eta nu katilu roda, roda mah dihandap, jadi si rambangan eta siketel eta numpang dina rambangan,” kata Paino warga Kadomas (85 thn).
Yang dimaksud ketel sendiri yaitu mempunyai bentuk bulat, sedangkan fungsi ketel sendiri yaitu untuk menampung uap hasil dari pemanasan air di dalam drum.
Adapun rambangan sendiri adalah dudukan ketel untuk penampung uap yang pada umumnya memiliki dua tungku yang dilapisi pirkis sebagai pelindung suhu pada rambangan agar tetap terkontrol tingkat kepanasannya.
Artikel Terkait
Terungkap Tambang Emas Cikotok Kabupaten Lebak Mencapai 47.000 ton Per Tahun, Begini Fakta Sejarahnya
Kunjungan Prsiden Soekarno ke Rangkasbitung, Ini Isi Pidatonya DihadapanĀ Pemuda dan Rakyat Lebak
Mengenal Bahasa Sunda Banten, Begini Penjelasan Dosen Sejarah STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
Awal Mula Terbentuknya Dinasti Politik Jayabaya di Kabupaten Lebak
Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan Dimatangkan Kemenhub