Wanayasa,referensiberita.com-Fenomena tanah bergerak yang kerap melanda Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, telah mendorong Pemerintah Desa (Pemdes) Bantar untuk membuka akses jalan baru ke Desa Suwidak. Langkah ini diharapkan memudahkan mobilitas warga, terutama anak-anak sekolah dan pengguna jalan lain yang terdampak.
Eko Purwanto, Kepala Desa Bantar, dalam pernyataannya kepada wartawan pada Minggu (5/1/2024), mengungkapkan bahwa pergerakan tanah yang tidak stabil terus terjadi sejak 2018 hingga 2024 dengan intensitas meningkat saat curah hujan tinggi. "Pergerakan tanah yang tidak stabil ini semakin parah ketika intensitas hujan tinggi. Beberapa area di wilayah kami memang memiliki tanah yang labil," ungkap Eko.
Baca Juga: Hari Pertama Makan Bergizi Gratis di Boyolali, Orang Tua: Anak Lebih Senang Makan Bersama di Sekolah
Bersama masyarakat, Pemdes telah mengambil inisiatif membuka jalur baru, sementara jalur lama dialihfungsikan sebagai Jalan Usaha Tani (JUT). "Dampak kerusakan dialihkan sepanjang 2 km. Jika sebelumnya di timur Gunung Taman, kini bergeser ke barat Gunung Taman," tambahnya.
Meski sudah dilakukan pengecoran di beberapa titik, jalan tersebut kembali rusak akibat hujan deras. "Beberapa waktu lalu kami melakukan pengecoran di wilayah terdampak, terutama di tanjakan-tanjakan. Namun, karena hujan deras, jalan yang baru diperbaiki kembali rusak dan menjadi berlumpur," ujarnya.
Baca Juga: Siswa SD di Makassar Selipkan Pesan Terima Kasih ke Prabowo di Tempat Makanan Bergizi Gratis
Eko menjelaskan bahwa proses pembukaan jalur baru ini sempat terhambat oleh pembebasan lahan milik warga. "Proses pembebasan lahan untuk akses jalan baru sempat sulit karena warga tidak bersedia melepaskan lahan mereka tanpa kompensasi. Padahal, untuk jalan provinsi, kompensasi merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi, bukan pemerintah kabupaten," terangnya.
Baca Juga: Media Asing Sebut Prabowo di Daftar 10 Pemimpin Dunia yang Bakal Berpengaruh 2025
Untuk mendukung proyek ini, Pemdes telah mengalihkan anggaran dari kegiatan lain. "Bayangkan, kerusakan sepanjang 2 km membutuhkan anggaran 1 miliar hanya untuk membuka akses jalan, belum termasuk swadaya masyarakat dan dana darurat desa tahun 2024 yang seharusnya digunakan untuk pengaspalan jalan dari BRI Karangkobar ke Balai Desa Bantar," kata Eko.
Eko berharap, dengan alokasi anggaran tahun 2025, pembangunan jalan baru tersebut dapat dilanjutkan. "Kami berharap, setelah bupati terlantik pada tahun 2025, pembangunan akses jalan yang saat ini masih memprihatinkan dapat segera terealisasi. Jalan ini sangat penting sebagai jalur ekonomi satu-satunya di wilayah kami," pungkasnya.