Menurut pandangan dr. Indrawan Nugroho, kekhawatiran karyawan Google pertama-tama muncul karena pada tahun 2021 Kementerian Keuangan Israel secara jelas menyatakan bahwa Nimbus akan digunakan oleh Kementerian Pertahanan Israel.
Selain itu, layanan yang mungkin diberikan Google kepada pemerintah Israel mencakup teknologi yang bisa disalahgunakan untuk tujuan militer.
Baca Juga: 8 Cara Efektif Membantu Anak Lebih Terbuka kepada Orang Tua
Dr. Indrawan mengatakan, seorang peneliti AI di Google, Jackie K., mengungkapkan bahwa "kami tidak banyak mengawasi apa yang dilakukan pelanggan cloud karena alasan privasi," sehingga sulit memastikan teknologi tidak disalahgunakan untuk tujuan militer.
Baca Juga: Apa itu waktu rata-rata Greenwich? Alasan Greenwich Mean Time Jadi Patokan Jam Dunia
Google menegaskan bahwa Proyek Nimbus hanya untuk operasi komersial yang digunakan oleh berbagai kementerian pemerintah Israel dan tidak terkait dengan proyek militer yang sensitif.
Namun, menurut dr. Indrawan, karyawan merasa bahwa mekanisme akuntabilitas diperlukan untuk memastikan teknologi tidak disalahgunakan.
Baca Juga: Thaif, Kota Paling Adem di Gurun Arab Saudi
Dia mengutip Gabriel Schubiner, mantan peneliti Google, yang mengatakan, "Menyerahkan teknologi canggih ke tangan institusi yang ingin menyalahgunakan AI dalam perang sangat tidak etis."
Baca Juga: Mengenal Negara Angola, Sejarah, Keindahan Alam, dan Kekayaan Budaya di Pesisir Barat Afrika
Dr. Indrawan Nugroho menyatakan, keputusan Google untuk memecat karyawan yang berpartisipasi dalam protes ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih mengutamakan keuntungan komersial daripada nilai-nilai kemanusiaan.
Baca Juga: Negara Kuba, Dikepung Sanksi dan Embargo tapi Masih Bertahan, Kenapa?
"Para karyawan yang berani berbicara menentang Proyek Nimbus menunjukkan keberanian dan integritas yang tinggi, berusaha memperjuangkan etika dalam penggunaan teknologi." kata Dr. Indrawan Nugroho.
Baca Juga: Pertempuran Epik Dunia Perbankan: Antara Bank Tradisional, Fintech, dan New Banks, Siapa Menang?
Protes ini, menurut dr. Indrawan, bukan sekadar unjuk rasa, tetapi bentuk perlawanan terhadap apa yang dianggap sebagai ekspansi mental apartheid oleh korporasi besar dalam pengejaran profit.
Artikel Terkait
Update Terkini Data Gempa Banten, di Empat Wilayah yang Terdampak Gempa
17 Cara Hasilkan Uang di Internet Tanpa Modal Banyak 2024
8 Cara Jadi YouTuber 2024 Untuk Pemula, Hasilkan Uang di Internet
Berita Negara Libya Terbaru 2024, Profil Lengkap Libya dari Sejarah, Politik Ekonomi dan Kondisi Saat Ini
Perang Dingin Teknologi Chip Panas Membara! Siapa Menang?