Kontraversi Keterlibatan Soeharto dalam Peristiwa G30S/PKI 1965, Begini Faktanya!

photo author
- Kamis, 30 September 2021 | 01:54 WIB
Poster film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI
Poster film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI

REFERENSI BERITA- Gerakan 30 September atau disingkat G30S/PKI atau Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi Kamis malam tanggal 30 September menjelang tanggal 1 Oktober 1965 dan enam Perwira Tinggi militer Indonesia menjadi korban.

Keenam Perwira tersebut adalah Mayor Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral Suprapto, Mayor Jendral S.Parman, Mayor Jendral M.T. Haryono, Brigadir Jendral D.I Panjaitan, dan Brigadir Jendral Sutoyo Siswomiharjo.

Saat ini keterlibatan Soeharto banyak dipertanyakan, sehingga keterlibatannya menjadi kontroversi. Namun adapun pengakuan Kol. A. Latief (gembong PKI) bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto tentang rencana penindakan terhadap sejumlah Jenderal.

Baca Juga: Komentari Ustad yang Meninggal oleh Penembak Misterius di Tangerang, Fadli Zon: Seperti Aksi PKI

Dalam bahasa laten menghadapkan Dewan Jenderal kepada Presiden. Namun Soeharto yang pada saat itu menjadi Panglima Kostrad tidak mengambil inisiatif melapor kepada atasannya. Dia diam saja dan hanya manggut-manggut mendengar laporan itu.

Fakta bahwa sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jenderal A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi Kostrad apabila negara dalam keadaan bahaya.

Jika betul Soeharto tidak berada dalam inner circle gerakan, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftar korban penculikan. Adapun fakta-fakta lain yang mampu mengungkap kebenaran ini, tidak hanya sebatas fakta internal.

Baca Juga: Akta Pendirian MAI Bank Banten: Sejarah, dan Tujuan di Dirikannya Bank Banten

Lebih dari itu kebenaran yang mulai terkuak dan amat mengejutkan masyarakat awam adalah ternyata Soeharto juga mempunyai hubungan dengan CIA.

Hal ini terbukti dengan adanya satu kompi batalyon 454 Diponegoro Jawa Tengah dan satu kompi batalyon 530 Brawijaya Jawa Timur, yang secara terselubung digunakan Soeharto sebagai penggerak.

Hal ini seperti dikutip Reerensi Berita dari Jurnal Andrianto, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, pada Kamis, 30 September 2021.

Baca Juga: Bukan Tak Senonoh! Dua Situs Sejarah Megalitik di Pandeglang Ini, Menyerupai Alat Kelamin Pria dan Wanita

Soeharto disebut-sebut terlibat dalam peristiwa tragis itu. Oleh saksi dan sejumlah pelaku sejarah, serta sejarawan, dikatakan Soeharto mengetahui rencana penculikan para Jenderal. Tapi, tidak
berusaha mencegahnya.

Itulah salah satu titik kontroversi yang dimuat dalam buku 44 Tahun G.30.S/PKI, Antara Fakta dan Rekayasa yang terbit tahun 1999.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Suardi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Syukuran Panen, Ratusan Warga Gumelem Gelar Gethekan

Jumat, 1 November 2024 | 22:28 WIB

Jelang DCF, Film Di Hyang Negeri di Atas Awan Dirilis

Jumat, 23 Agustus 2024 | 12:31 WIB
X