REFERENSI BERITA - Setiap tahun, pada tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan dengan meriah.
Selain upacara bendera, biasanya masyarakat bergotong-royong untuk mengadakan berbagai jenis perlombaan dan pertunjukan, salah satunya adalah kuda lumping.
Pertunjukan kuda lumping merupakan kesenian tradisional yang cukup unik. Namun di Banten sudah jarang dilakukan, bahkan hampir punah. Tak hanya di Banten, umumnya dilakukan ketika peringatan hari besar, salah satunya Hari Kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: KH. Embay Mulya Syarief: Banten Kehilangan Sosok Jenderal TNI yang Sederhana
Meskipun demikian, di daerah lain masih populer dilakukan, seperti di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Seperti dilansir referensiberita.pikiran-rakyat.com dari laman encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, pada Selasa, 3 Agustus 2021, Kuda Lumping sangat populer di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tarian kuda lumping di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dikenal dengan nama Jatihan (Yogyakarta), Lincing, Kuda Kepang atau Jaran Kepang.
Baca Juga: Sewa Akuarium Rp206 Juta Saat Pandemi, Politisi NasDem: Ketua TAPD Kota Serang Keterlaluan
Kata jatihan berasal dari Jan yang berarti amat dan thil-thilan yang artinya banyak gerak. Hal ini terkait dengan gerak kuda yang sangat banyak.
Adapun penamaan kuda kepang, karena perlengkapan yang dipakai adalah kuda-kudaan yang dibuat dari anyaman atau kepangan bambu yang dibentuk menyerupai kuda.
Tari kuda lumping menggambarkan situasi ketika kelompok prajurit hendak pergi berperang dengan menunggang kuda dan membawa pedang.
Baca Juga: Percepat Proses Vaksinasi, KPW BI Banten Gelar Vaksinasi Massal
Namun tidak semua menaiki anyaman bambu. Beberapa orang hanya menggunakan topeng.
Penari bertopeng putih memainkan peran sebagai Penthul atau Bancak, sedangkan yang menggunakan topeng hitam bernama Bejer (Tembem atau Doyok).