REFERENSI BERITA - Urang Kanekes atau biasa disebut Baduy kecewa, karena saat Seba Gede pada Sabtu, 22 Mei 2021 malam tidak diterima langsung oleh Gubernur Banten, Wahidin Halim.
Tidak hanya gubernur yang 'enggan' hadir, Wakil Gubernur Andika Hazrumy pun seolah tak mau menemui mereka.
"Kalau gubernur berhalangan, kan ada Wagub. Mereka datang cuma sekali setahun loh, masa iya nggak bisa menyisihkan waktu satu jam saja untuk menyambut mereka dalam ritual yang sakral itu," ungkap pemerhati masalah Baduy, Uday Suhada.
Baca Juga: Akademisi Untirta: Jangan Korbankan Penerima Hibah!
Apalagi kata Uday, misi yang dibawa Urang Kanekes adalah "ngasuh ratu ngajayak menak". Menguatkan ikatan silaturahmi.
"Mengapa kehadiran kepala daerah atau wakil kepala daerah diharapkan, karena mereka itu adalah para pengambil kebijakan. Seharusnya kepala daerah atau wakilnya menyambut dan mendengar secara langsung," papar Uday.
Padahal rangkaian upacara Seba itu menurutnya, ada ramah tamah, dialog dan saling berkomunikasi.
Baca Juga: ALIPP Sebut ada Tiga Inisial Pejabat yang Diduga Terlibat Bisnis Tanah Samsat Malingping
Beruntung, kata dia, kekecewaan mereka sedikit terobati oleh kehadiran Kepala Diinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten, Tabrani.
"Dengarlah keluhan mereka soal kerusakan lingkungan yang bukan terjadi di sekitar Baduy. Gurandil dan penebangan hutan terjadi di mana-mana. Persoalan kolom agama dalam KTP mereka yang masih dikosongkan atau ditulis Islam, ini butuh perhatian serius," ungkapnya.
Uday yang mendampingi acara Seba sejak di Pendopo Lebak pada Jumat, 21 Mei 2021 menerangkan, keinginann warga Baduy agar pemerintah membantu menyosialisasikan istilah Wisata Baduy menjadi Saba Budaya Baduy juga harus didengar.
"Ini sangat substantif, sebab mereka sebuah peradaban, bukan obyek wisata, bukan untuk jadi tontonan. Karena makna Saba Budaya adalah silaturahmi, saling menghormati dan melindungi adat istiadat antara tamu dan tuan rumah," jelasnya.
Baca Juga: Lagi, Kejati Banten Tahan Dua Pejabat Pemprov Banten
Uday menerangkan, secara langsung masyarakat Baduy tidak mungkin menyampaikan kekecewaannya di depan publik.