REFERENSI BERITA - Sebuah perhelatan yang mengangkat kearifan lokal Baduy, kembali digelar melalui Pameran Tunggal Sketsa Lukisan.
Acara ini menampilkan lukisan karya seorang perupa sekaligus pecinta Baduy yang sudah 16 tahun bolak balik ke Tanah Wiwitan, Kanekes Baduy, Jenie Mahastuti.
Pameran digelar mulai tanggal 10 hingga 27 Maret 2021 di lantai 4 Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta. Mamih Jené, panggilan orang Baduy untuk Janie Mahastuti mengaku kenapa ia membuat sketsa dan lukisan bertema Baduy.
Baca Juga: Sikapi Kisruh Politik Partai Demokrat, Wahidin Halim: Elu mah Manas-manasin Gua Aja!
"Karena ketika masuk Baduy, ada larangan untuk memotret di sana. Ini adalah bentuk ketaatan saya dan penghormatan atas adat Wiwitan Baduy," katanya.
Pameran dibuka Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumi dan dihadiri para tokoh bangsa, seperti Sukmawati Sukarno Putri, Guruh Sukarno Putra, Don Hasman, Purnomo dan para tokoh perupa Indonesia.
Acara pembukaan dipandu Kang Nong Banten yang dihiasi suara Angklung Baduy yang didatangkan langsung dari Baduy.
Baca Juga: Targetkan Pandemi Covid Capai Titik Nol, Gubernur Banten Perpanjang PPKM Mikro
Alunan Angklung Baduy menciptakan nuansa dan suasana Baduy terasa hadir di ruangan pamer Lantai 24 dan 4 Perpusnas yang dihadiri ratusan hadirin dengan tertib mengikuti aturan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Agus Setiawan AW yang hadir mendampingi Wagub Banten mengaku terkesima dengan karya karya Jenie selama 16 tahun yang fasih memindahkan kehidupan orang Baduy ke dalam kanvas berbagai ukuran.
Baca Juga: DPRD Banten Sosialisasikan Perda Penanggulangan Covid-19
Demikian juga Andika Hazrumi mengaku semakin tertarik akan Baduy atas kearifan lokal yang bertahan hingga sekarang.
Walau beberapa warga Baduy luar sudah menggunakan produk modern, menurut Andika, namun masih taat pada adat yang ada.
Baca Juga: Bank Banten Tetapkan Jajaran Dewan Komisaris dan Direksi Baru