REFERENSI BERITA - Ketua Umum Perkumpulan Debus Banten Indonesia (PDBI), Ajat Sudrajat menegaskan, terbentuknya PDBI bermula dari adannya kegelisahan dan keprihatinan dari pelaku seni Debus di Banten secara umum.
Kegelisahan dan keprihatinan itu dirasakan oleh praktisi seni Debus, manakala tidak adanya perhatian yang lebih serius dari pemerintah daerah. Dengan kata lain, kesenian dan pelaku seni Debus-nya merasa dimarjinalkan oleh pemerintah.
“Kegelisahan itu semakin hari semakin memuncak. Kami ingin pemerintah ikut melestarikan warisan ini sesuai dengan peran pemerintah itu sendiri. Kami rasakan nyaris tidak ada perhatian dari pemerintah,” ujar Ajat Sudrajat seusai acara Sarasehan Nasional Debus Banten bertema Eksistensi Seni Debus Dalam Perspektif Kaum Milenial “Debus Goes To UNESCO” di sebuah hotel di kawasan Anyer, Banten, Sabtu 5 Desember 2020.
Baca Juga: Pelanggaran Kampanye pada Pilkada Serentak 2020 Didominasi Soal Protokol Kesehatan
Motivasi kedua, terang Ajat Sudrajat, berdirinya PDBI adalah melihat perkembangan terakhir dari seni Debus itu sendiri yang sedikit melenceng dari pakem Debus yang sesungguhnya.
“Tidak sedikit seniman Debus yang hanya menampilkan aksi-aksi yang mengerikan. Seperti aksi memotong leher acara sebilah golok atau aksi mengerikan lainnya. Ini sedikit keluar dari pakem debus yang aslinya,” terang Ajat.
Berangkat dari hal itulah, beberapa pelaku seni Debus mengambil keputusan untuk mendirikan organisasi itu. Semangatnya adalah ingin menujukkan bahwa Debus itu seni yang sangat indah, mengandung nilai patriotis berlatar belakang ajaran agama yang sangat kental.
Baca Juga: Kasus Edhy Prabowo Berimbas Terhadap Elektabilitas Prabowo di Pilpres 2024
“Gebrakan pertama adalah kami mengumpukan pelaku seni Debus dalam satu forum seperti sarasehan ini. Acara ini memang terbatas, karena anjuran tim Satgas Covid-19 yang mengharuskan kami menjalankan protokol kesehatan. Jika tidak, kami yakin perwakilan Debus dari seluruh Indonesia akan hadir di sini,” paparnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, semula pementasan seni Debus tidak langsung mempertontonkan keunggulan ilmu kesaktian. Seperti tidak mempan dibacok dan lainnya. Namun diawalli dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan doa atau ritual keagamaan.
“Dahulu yang dikenal dengan Debus itu adalah permainan silat yang dipadu dengan keterampilan memainkan alat berbentuk besi runcing dengan palu gada. Itu diiringi dengan pembacaan shalawat. Dahulu seni ini disebut Alamadad,” terangnya lagi.
Baca Juga: Sukseskan Pilkada, Pjs Bupati Serang Ajak Masyarakat Datang ke TPS
Agenda berikutnya setelah organisasi ini terbentuk lanjut Ajat, adalah Debus diakui secara resmi dan sah sebagai seni warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
“Ini mimpi kami. Upaya atau ntahapan untuk menuju ke sana sudah dan akan kami lakukan. Salah satunya, ya sarasehan ini. Kami juga akan terus menggelar kegiatan lainnya agar kehadiran Debus benar-benar diakui dunia internasional,” jelasnya.