REFERENSI BERITA - Debus merupakan kekayaan non-benda warisan leluhur yang patut dipertahankan dan dilestarikan, terutama oleh generasi muda Indonesia umumnya dan generasi muda Banten khususnya.
Demikian disampaikan praktisi seni pertunjukan Provinsi Banten, Doddi Espe saat menjadi narasumber pada Sarasehan Nasional Debus Banten dengan mengambil tema ‘Eksistensi Seni Debus Dalam Perspektif Kaum Milenial” di sebuah hotel di kawasan Anyer, Banten, Sabtu 5 Desember 2020.
Menurut Doddi, ketika berbicara Debus maka yang terlintas di pikiran orang umumnya adalah Banten. Dan ketika berbicara Banten maka yang pertama kali terbayang adalah Debus.
Baca Juga: Pelanggaran Kampanye pada Pilkada Serentak 2020 Didominasi Soal Protokol Kesehatan
Artinya, Banten dan Debus adalah dua kata yang seakan tidak bisa dilepaskan. Artinya pula, Debus merupakan seni warisan yang sengat melekat dengan tradisi dan kehidupan orang Banten.
Terang Doddi, memang seni Debus bisa dijumpai di beberapa daerah lainnya di Indonesia, meski pun dengan nama berbeda. Di pulau Sumatera dan Jawa serta daerah lainnya ada seni yang nyaris sama, namun sedikit berbeda dari gerak atau alat yang digunakan untuk ditampilkan.
“Dengan demikian wajar jika Debus secara umum menjadi kekayaan budaya no-benda milik Indonesia. Tidak hanya milik Banten,” paparnya.
Baca Juga: Kasus Edhy Prabowo Berimbas Terhadap Elektabilitas Prabowo di Pilpres 2024
Secara pribadi, lanjut Doddi, dirinya sangat mendukung warisan ini menjadi kekayaan yang harus benar-benar diakui masyarakat Indonesia dan dunia.
Karenanya dia sangat mendukung keinginan pelaku seni Debus yang tergabung dalam Perkumpulan Debus Banten Indonesia (PDBI) agar Debus diakui dan tercatat oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai warisan dunia milik bangsa Indonesia.
“Kenapa tidak, banyak kasepuhan dan pelaku Debus yang sudah melanglang buana ke berbagai negara untuk mementaskan Debus. Ini sudah internasional. Wajar jika suatu saat Debus menjadi warisan dunia dari Indonesia,” ujarnya.
Sayangnya, sambung Doddi, keberadaan Debus, khususnya di Banten kurang mendapat perhatian dan penghargaan dari pemerintah. Pelaku seni Debus selama ini seolah berjalan sendiri-sendiri. Meraka berjuang mengharumkan nama daerah, bahkan negara dengan usaha mereka sendiri.
Baca Juga: Ini Kata PSSI Usai Video di Diskotik Serdy Fano dan Mochamad Yudha Beredar di Dunia Maya
Dia menerangkan, pelaku seni Debus mementaskan seni asli Indoensia ini dengan biaya sendiri, nyaris tanpa bantuan pemerintah. Di sinilah perlunya kehadiran pemerintah. Pemerintah hendaknya tidak hanya bisa bicara bahwa Debus perlu dilestariakn, namun harus juga didukung dengan langkah nyata.