Ketika AI Menyapa Desa: IPDA dan Gerakan Pemuda Menata Kepemimpinan Masa Depan

photo author
- Rabu, 5 November 2025 | 18:13 WIB
Suasana Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sore itu terasa penuh energi (Prasetyo )
Suasana Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sore itu terasa penuh energi (Prasetyo )

Jafar melihat, tantangan terbesar bagi generasi muda hari ini bukan pada keterbatasan akses, melainkan keberanian menjaga integritas di tengah sistem yang makin pragmatis.

Ia menegaskan bahwa pemimpin masa depan adalah mereka yang berpikir kritis terhadap teknologi, tetapi tetap berpihak pada manusia.

Aryo Prabu Kirono: AI dan Kepemimpinan yang Berbasis Pengetahuan

Sementara itu, Aryo Prabu Kirono, Ketua Bidang Eksternal IPDA, mengajak peserta melihat AI bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang untuk memimpin dengan lebih cerdas dan berbasis pengetahuan.

“AI bisa membantu desa membaca diri sendiri: mengenali potensi, memetakan masalah, dan membuat keputusan yang lebih akurat,” ujarnya.

  1. Aryo menekankan bahwa generasi muda desa harus tampil sebagai aktor pengetahuan  bukan sekadar penerima manfaat kebijakan. “Teknologi yang paling berdaya bukan yang menggantikan manusia, tetapi yang memperkuat kemampuan manusia untuk memahami lingkungannya,” tambahnya.

Baca Juga: Update Evakuasi Korban Longsor di Trenggalek, 5 Warga yang Masih 1 Keluarga Tertimbun Reruntuhan Tanah

Dalam pandangannya, AI dan nilai-nilai lokal bukan dua kutub yang bertentangan, melainkan dua sumber daya yang bisa saling memperkaya bila dikelola oleh pemimpin muda yang bijaksana dan berpandangan jauh ke depan.

Muhammad Sakur: Menemukan Arah di Persimpangan Modernitas dan Tradisi

Menutup sesi, Muhammad Sakur, Wakil Sekretaris Jenderal IPDA, menyampaikan refleksi yang menggugah. Ia menyebut pemuda desa saat ini tengah berdiri di “persimpangan yang paling tragis” — di antara akar kearifan lokal dan arus globalisasi algoritma.

“Pemuda desa kini diikat oleh nilai tradisi dan tanggung jawab ekologis, namun di saat yang sama ditarik oleh janji kemakmuran instan dari dunia digital,” ujarnya.

Sakur menilai, kepemimpinan sejati lahir dari kemampuan mengawinkan tradisi dan inovasi.

“Jika kita gagal memberi mereka alat untuk menjembatani dua dunia ini,” lanjutnya, “mereka akan menjadi generasi yang tercabut  terlalu canggih untuk kembali ke desa, tapi terlalu marginal untuk bersaing di kota.”

Ia menutup dengan seruan:

“IPDA menyerukan: gunakan AI bukan untuk melupakan akar, tetapi untuk menerjemahkan kearifan lokal ke dalam visi masa depan.”

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sumargo Triprasetyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X