REFERENSI BERITA - Bagi masyarakat Banten, seni bela diri bukan merupakan barang baru. Berkat kepiawaian para leluhur Banten, kesenian itu hingga kini masih eksis berdiri dan terus berkembang.
Untuk itu, tidak heran jika Banten disebut sebagai Negeri Jawara, karena setidaknya terdapat 159 padepokan pencak silat yang masih aktif di Provinsi Banten.
"Para kasepuhan kami, awalnya hanya mempunyai satu padepokan pencak silat, namun kemudian seiring perjalanan waktu padepokan itu terus bertambah," kata Ketua Padepokan Debus Surosowan, Suminta Idris, Senin 22 Februari 2021.
Baca Juga: Kasemen dan Taktakan jadi Wilayah Rawan Bencana di Kota Serang
Idris menambahkan, menjamurnya padepokan silat di Banten itu merupakan pengembangan dari para pesilat yang awalnya berguru kepada kasepuhan.
Seiring perkembangan waktu, para murid yang belajar silat itu juga kemudian mendirikan padepokan baru, dengan teknik gerakan yang tidak jauh berbeda.
"Meskipun ada beberapa variasi perbedaan gerakan, namun inti dari gerakan itu sama dengan apa yang ia dapatkan dari sang guru," jelasnya.
Baca Juga: Vaksinasi Tahap Satu di Provinsi Banten Capai 101, 8 Persen
Namun Idris menampik jika kondisi itu merupakan sebuah perpecahan. Menurut Idris, banyaknya padepokan pencak silat itu merupakan salah satu cara para pendekar melestarikan kebudayaan asli Banten, agar tidak punah tergerus oleh arus zaman.
"Masing-masing padepokan kan menyiapkan generasi penerusnya sampai turun temurun, tapi guru asalnya tetap satu," ungkapnya.
Idris juga tidak menyebutkan kalau padepokan debusnya merupakan padepokan yang paling tua di Banten. Tapi yang jelas, menurut Idris, pertama kali berdiri padepokan ini pada tahun 1957, hasil warisan peninggalan dari Sultan Agung Tirtayasa kala itu.
Baca Juga: Gubernur Banten Sebut Banjir Tangerang karena Intensitas Hujan yang Tinggi di Bagian Hulu
"Pada tahun 1992 kami diundang oleh pemerintah Malaysia untuk melakukan pentas. Kemudian pada tahun 1994 kami mendapat apresiasi kesenian budaya di tingkat Pasific di Thailand," ungkapnya.
Dalam kondisi pandemi ini, lanjut Idris, padepokannya tidak melakukan latihan rutin sebagaimana pada waktu-waktu normal sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan agar tidak terjadi penyebaran virus Covid-19.
"Meskipun sebutannya kami ini pendekar, tapi kami tetap taat terhadap aturan dan anjuran dari pemerintah. Makanya untuk sekarang latihannya dilakukan di rumah masing-masing," tutupnya.***