REFERENSI BERITA - Jika dunia luar baru belakangan ini mengenal istilah lockdown ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Urang Kanekes atau Baduy sudah lebih dahulu mengenal sistem itu, meski dengan istilah atau penyebutan berbeda.
Komunitas Suku Adat Baduy yang berada di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sudah menerapkan sistem penguncian wilayah itu dengan sebutan Kawalu.
Pemerhati Baduy, Rahendi mengungkapkan, Urang Baduy setiap tahunnya menerapkan “lockdown” selama tiga bulan. Selama itu pula wilayah Baduy tertutup bagi warga luar. Mereka melarang siapapun berkunjung ke wilayahnya dengan kepentingan atau keperluan apapun.
Baca Juga: Mahfud Siap Bertanggung Jawab Atas Kasus Kerumunan Massa Rizieq
“Itu (Kawalu) sudah berlangsung berabad-abad. Kawalu ditaati oleh seluruh warga, tanpa kecuali. Selama itu pula mereka tinggal di rumah masing-masing sambil menunggu tanaman padi. Kawalu itu berlangsung selama tiga bulan, semenjak mengurus tanaman padi huma, mulai dari ngaseuk, hingga mipit atau panen,” terang Rohendi.
Selama masa Kawalu Awal, Kawalau Nengah dan Kawalu Tutug, mereka tinggal di rumah dan tidak menerima tamu, tentu dengan ketersediaan logistik yang sangat cukup.
Ketika beberapa negara di dunia memberlakukan lockdown atau di Indonesia dikenal dengan PSBB karena pandemi Covid-19, Urang Baduy menghadapinya dengan santai. Mereka menjalani kehidupan normal seperti biasa. Makan, minum dan aktivitas lainnya mereka jalani dengan biasa-biasa saja.
Baca Juga: Mobil Listrik Jadi Kendaraan Dinas Menhub
“Intinya mereka meninggalkan urusan dunia untuk beberapa saat. Tentu saja ini tidak ada kaitannya dengan pandemi yang menyebar di seantero dunia. Tidak juga ada kaitannya dengan anjuran pemerintah,” paparnya lagi.
Dengan segala kearifan lokal Urang Baduy seperti itu, sambungnya, justru untuk menghindari bala atau penyakit sebelum penyakit itu datang, seperti wabah corona seperti sekarang ini.
Baca Juga: Dewan Kota Serang Dukung Pembelajaran Tatap Muka Disegerakan
“Tradisi ini sangat terasa mengagumkan, saat kita terhenyak atas kebijakan PSBB karena pandemic, dan harus melakukan segala sesuatunya dengan serba terbatas, Urang Baduy justru menghadapinya dengan biasa-biasa saja,” jelasnya.***