REFERENSI BERITA - Pandemi Covid-19 membuat para pelaku seni pertunjukan seakan mati kutu. Mereka kehilangan mata pencaharian, karena event yang mengundang keramaian dilarang sebagaimana aturan PSBB.
Sontak para pelaku ekonomi kreatif bidang seni pertunjukkan itu diam di rumah dan membuat terhentinya aktifitas mereka.
Demikian pendapat salah seorang pelaku seni Banten, Rohendi. Beruntung, kata dia, setelah sekitar 4 bulan menahan gejolak ekspresi seninya, belakangan merebak konsep baru pementasan seni, yakni pementasan virtual.
Baca Juga: Remaja Baduy Lebih Memilih Bermain Medsos Ketimbang Berladang
“Kreativitas seni disalurkan melalui kekaryaan di rumah atau di sanggar masing-masing, dan diposting melalui berbagai aplikasi dalam jaringan internet. Walau tidak sepuas pementasan langsung, namun pementasan virtual lumayan cukup melepaskan gelora kekaryaannya,” ungkap Rohendi.
Namun sayangnya, format pementasan virtual belum cukup memenuhi kebutuhan ekonomi pelakunya. Tetap saja harga pementasan format ini tidak sebanding dengan pementasan langsung di panggung terbuka.
"Bahkan lebih sering hanya pemuasan kebutuhan ekspresi saja, tanpa ada bayaran," katanya.
Baca Juga: Curahan Hati Honorer Pemprov Banten, Makin Terjepit Saat Pandemi Covid-19
“Kita memang belum dapat mengapresiasi dan menghargai karya seni melalui tontongan di layar LCD kita. Hal ini akibat banyaknya konten yang dapat dilihat gratis melaui aplikasi tak berbayar. Ini membuat para para pelaku seni, terutama pelaku seni pertunjukan tradisional mengeluh dan malas membuat dan memenuhi ajakan tampil secara virtual,” sambungnya.
Di lain pihak, lanjut dia, para pelaku seni modern yang ternama, seiring pelarangan event konser di tempat terbuka, mulai membuat konten di akun ofisial youtube-nya masing-masing. Untungnya bagi para selebritis, tidaklah susah untuk mendapatkan monetisasi hingga mendapatkan pendapatan dari postingan-postingannya.***