REFERENSI BERITA – Di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat termasuk Kota Cimahi, terutama masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai mengenal mahluk mitologi air, yakni Jurig Cai. Mahluk-mahluk itu digambarkan seperti manusia, binatang atau paduan setengan badan manusia dan binatang. Wujudnya menyeramkan, tapi ada pula yang berparas cantik.
Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) Hermana HMT, mengatakan, dulu masyarakat di kawasan Bandung Raya termasuk di Cimahi terutama yang hidup berdekatan dengan aliran sungai, mengenal istilah Jurig Cai.
Jurig Cai adalah mahluk gaib yang hidup di air dan dianggap berwatak jahat. Mahluk itu termasuk mahluk yang jarang muncul, namun sekali muncul, konon katanya suka menarik orang yang sedang mandi atau berenang ke dasar sungai dan mengakibatkan orang itu meninggal dunia.
Baca Juga: [UPDATE] Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 410.088 Orang
“Jurig Cai digambarkan menyeramkan dan menyerupai kepala binatang seperti buaya, ular, kerbau atau berwujud manusia buruk rupa. Namun ada pula yang menggambarkan menyerupai gulungan samak (tikar) dan orang menyebutnya Lulub Samak. Menggambarkan gelombang air yang mengalir sangat deras dan berputar di kubangan air terjun dan membuat benda-benda atau orang yang masuk dalam kubangan turut terbawa berputar,” ujar Hermana.
Sedangkan gambaran mahluk gaib yang menyerupai kerbau menurut Hermana, masyarakat menyebutnya Munding Dongkol. Sang penguasa sungai dengan tubuh yang gempal, tanduk menjulur ke depan, sorot mata yang tajam dan menyeramkan.
Kemunculannya dipercaya sangat membahayakan. Mahluk itu muncul menjelang mangrib dan selalu mengejar orang yang melihatnya. Di sisi lain Munding Dongkol juga sering muncul ketika aliran sungai sedang meluap. Kemunculannya menjadi tanda bahwa di kawasan tersebut bakal terjadi banjir besar.
“Mitos Lulub Samak dan Munding Dongkol ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan budaya masyarakat Kota Cimahi terutama di kampung Babakan Loa RW 07 Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi, Jawa Barat. Salah satunya memberi inspirasi hingga terlahir sebuah karya seni yang disebut Bangbarongan Munding Dongkol,” ungkap Hermana.
Bangbarongan Munding Dongkol adalah sejenis seni helaran atau seni arak-arakan dan biasanya digelar pada kegiatan kirab budaya atau karnaval budaya. Sekitar tahun 1970-1980-an seni ini sering digelar pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Tiap tanggal 17 Agustus masyarakat Babakan Loa Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara senantiasa melakukan kirab budaya.
“Kami berjalan kaki menuju lapangan upacara di lapangan Sriwijaya Cimahi (sekarang menjadi Pasar Antri). Musik yang terus mengiringi tidak membuat lelah para peserta kirab pembawa mumundingan (kerbau buatan) dengan bahan dari injuk, pembawa dongdang (jempana) berisikan hasil pertanian, pemakai barong (topeng), dan pengiring lainnya. Sepanjang jalan kami menari dan bergembira merayakan hari kemerdekaan RI,” jelas Hermana.
Tambahnya, mitos Munding Dongkol juga menginspirasi terlahirnya karya seni baru yang berhubungan dengan air dalam sajian musik, teater dan tari. Munding Dongkol dalam komposisi tari atau tari kreasi baru yang mengacu pada gerak dasar tari tadisional Sunda dengan diiringi instrumen dan gamelan Sunda.
Munding Dongkol bersemayam dalam air yang tenang senantiasa terjaga dan penuh kelembutan. Lenggoknya bagai riak air danau yang sedang tebarkan pesona. Langkahnya gontai, bergemericik bagai air terjun yang sarat dengan keindahan.
Di saat itu, kehidupan pun terasa bergairah dan penuh kedamaian. Namun ketika alam diusik, air tidak memiliki tempat yang memadai untuk bersemayam dengan tenang. Siluman Munding Dongkol akan terbangun dari lelap tidurnya. Kelembutannya berubah menjadi murka dan siap menghancurkan segalanya.
“Pada Festival Air 2020 yang digelar tanggal 24-25 Oktober 2020, Bangbarongan Munding Dongkol menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Kirab Budaya Ngarak Cai dan Ngalokat Cai Cimahi. Bangbarongan Munding Dongkol adalah ikon dari kirab budaya kami. Sudah sepuluh tahun wujud seni itu menyertai kami di berbagai kegiatan dan undangan kirab budaya di kabupaten/kota di Jawa Barat,” pungkas Hermana. ***