Wonosobo, referensiberita.com – Kopi arabika dan robusta asal Wonosobo kian diminati masyarakat, khususnya di pasar lokal. Serapan kopi lokal ini terus menunjukkan peningkatan, seperti yang disampaikan Ketua Klaster Kopi Wonosobo, Ahmad Tangin. Menurutnya, perkembangan industri kopi Wonosobo berhasil melampaui ekspektasi para pelaku usaha.
Baca Juga: Haul Akbar Karahayon III: Makna Kolaborasi dalam Pelestarian Alam dan Budaya di Banjarmangu
“Pelaku usaha kopi di Wonosobo sudah mengalami peningkatan taraf hidup berkat kopi,” ungkap Ahmad seusai acara coffee morning bersama Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, di Pendopo Kabupaten, Jumat (28/12/2024).
Saat ini, fokus utama para pelaku usaha kopi adalah memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah. Dengan serapan lebih dari 100 ton per tahun, kopi Wonosobo menunjukkan potensi besar. “Angka ini membuktikan bahwa peminat kopi lokal Wonosobo sangat tinggi,” jelasnya.
Baca Juga: FKPD Wanayasa Tegaskan Tindakan Perusakan Rumah Kades Tidak Dibenarkan
Produk kopi Wonosobo telah menjadi salah satu komoditas unggulan di toko oleh-oleh, memberikan kontribusi signifikan bagi pemasaran lokal. Ahmad mengungkapkan, hampir seluruh toko oleh-oleh di daerah menjual kopi lokal dengan omzet yang menjanjikan. Hal ini mendorong daya saing produk Wonosobo.
Meski produksi kopi Wonosobo belum besar, yakni 50 ton per tahun untuk arabika dan 200 ton untuk robusta, Ahmad menilai langkah hilirisasi menjadi kunci utama meningkatkan nilai tambah produk. Dengan luas lahan kopi arabika mencapai 3.000 hektare dan 1 juta batang robusta yang tercatat, potensi ini sangat menjanjikan.
Baca Juga: Warga Jatilawang Gelar Pertemuan, Soroti Pengelolaan Hutan yang Belum Tuntas
“Produksi kami memang belum terlalu besar, tetapi yang terpenting adalah meningkatkan kualitas dan manfaat dari produk kopi ini. Hilirisasi menjadi langkah strategis agar kopi Wonosobo memberikan dampak lebih besar,” paparnya.
Baca Juga: Bank Jateng Berikan Apresiasi kepada Wajib Pajak di Gebyar Pajak Daerah Banjarnegara 2024
Saat ini, sekitar 300 petani kopi di Wonosobo tergabung dalam Klaster Kopi Wonosobo. Sebagian besar lahan kopi masih mengadopsi sistem tumpang sari.
Namun, tantangan tetap ada, termasuk peningkatan mutu produk dan keberlanjutan pemasaran. Ahmad berharap masyarakat semakin bangga mengonsumsi kopi lokal, sehingga kopi Wonosobo menjadi bagian tak terpisahkan dari dapur setiap rumah.
Baca Juga: Polres Temanggung Tahan Tersangka Korupsi Dana Program Kotaku
“Kami ingin kopi Wonosobo menjadi kebanggaan warga. Dengan demikian, kesejahteraan petani dan pelaku usaha akan terus meningkat,” harapnya.
Artikel Terkait
Jadi Binaan PT Indonesia Power UBP Mrica, Desa Pegundungan Maju Berkat Program Konservasi dan Kopi