Mengungkap Peristiwa Pembunuhan Hardiwinangoen Mantan Bupati Lebak, Ini Fakta Sejarahnya!

photo author
- Rabu, 13 Oktober 2021 | 18:14 WIB
Mantan Bupati Lebak/Raden Tumenggung Hardiwinangoen (Buku sejarah kabupaten lebak/Nina Herlina Lubis)
Mantan Bupati Lebak/Raden Tumenggung Hardiwinangoen (Buku sejarah kabupaten lebak/Nina Herlina Lubis)

REFERESI BERITA- Peristiwa pembunuhan mantan Bupati Lebak, jarang diketahui dan terlupakan begitu saja.

Bahkan tak sedikit generasi muda sekarang ini kebanyakan tidak tahu sejarah mengenai peristiwa pembunuhan salah satu mantan Bupati Lebak ini.

Diawali dari kunjungan Presiden Soekarno dan Hatta ke Rangksbitung, karena desas-desus bahwa Banten akan berdiri sendiri.

Baca Juga: Ulama, Jawara dan Pamong Praja dalam Stratifikasi Sosial Masyarakat Kabupaten Lebak Abad ke-19

Maka pada tanggal 10 Desember 1945, Soekarno dan Hatta tiba di Rangkasbitung setelah sebelumnya mendatangi Serang.

Ketika Soekarno dan Hatta sedang berada di Rangkasbitung, pada malam harinya mantan Bupati Lebak Raden Tumenggung Hardiwinangoen didatangi beberapa orang pemuda dari "Dewan".

Mereka mengatakan presiden ingin bertemu. Raden Hardiwinangoen pun kemudian naik dan ikut bersama mereka naik mobil yang diketahui mobil dari GEBEO.

Baca Juga: Terungkap, Pelaku Pembunuhan Wanita yang Ditimbun Pasir di Cikande Ditangkap Polisi

Ia mulai merasa tertipu ketika ternyata ia dibawa ke tengsi polisi Jawara. Disana telah menunggu kepala Polisi H. Muhi. Ia kemudian diikat dan dibawa ke arah Bayah.

Peristiwa ini seperti dilansir Referensi Berita dari buku Sejarah Kabupaten Lebak (Nina. H, et all, 2006: 248) pada Rabu, 13 Oktober 2021.

Tepat di jembatan Cisiih ia ditembak mati dan mayatnya dilemparkan ke kali. Baru dua hari kemudian mayatnya ditemukan oleh penduduk.

Baca Juga: Macan Tutul Mati di Kawah Putih, FK3I: Tindak Tegas Pelaku Pembunuhan!

Pembunuhan Hardiwinageoen terjadi diakbiatkan karena pertemuannya dengan Van der Plas di Hotel des Indes, Jakarta pada bulan November 1945.

Ternyata pertemuan itu diketahui oleh "Dewan" dan hal tersebut semakin menambah kebencian "Dewan" terhadap para priyayi, khususnya terhadap Hardiwniangoen yang dianggap sebagai kaki tangan Belanda.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Suardi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X