Bahlil Lahadalia: Indonesia Harus Tentukan Harga Nikel, Batu Bara, dan Timah Sendiri

photo author
- Jumat, 27 September 2024 | 14:38 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

 

Jakarta, referensiberita.com- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa Indonesia harus mengambil alih penentuan harga untuk komoditas nikel, batu bara, dan timah. Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat menghadiri Green Initiative Conference 2024 di Jakarta pada Rabu, 25 September 2024.

Dia menekankan pentingnya Indonesia sebagai produsen utama komoditas tersebut dalam menciptakan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian nasional. "Saya pastikan, untuk harga timah, harga batu bara, dan harga nikel ke depan harus ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: Meresahkan! Semarang Darurat Kreak-Gangster, Begini Respons Dispora

Bahlil juga menyatakan bahwa Indonesia perlu menjadi pemimpin ekonomi regional, khususnya di ASEAN. Menurutnya, negara ini tidak seharusnya hanya mengikuti, tetapi harus menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di kawasan.

Salah satu strategi yang diambil pemerintah adalah menghentikan ekspor bijih nikel. Keputusan ini diambil untuk mendukung hilirisasi industri dan meningkatkan nilai tambah nikel di dalam negeri. "Dengan menghentikan ekspor ore nikel, kami menjadikan nikel sebagai komoditas mineral kritis," tambah Bahlil.

Baca Juga: Wow!Kejari Kota Semarang Lelang 19 Kontainer Tekstil Kasus Tipikor Senilai Rp 13,3 Miliar

Sejak penghentian ekspor bijih nikel, Indonesia berhasil membangun smelter yang meningkatkan nilai ekspor nikel secara signifikan. Dia mencatat bahwa nilai ekspor nikel Indonesia yang hanya mencapai 3,3 miliar dolar AS pada tahun 2017-2018 diperkirakan akan mencapai minimal 40 miliar dolar AS pada tahun 2023-2024.

Dengan nilai ekspor yang diprediksi mencapai 40 miliar dolar AS, Indonesia dapat memperoleh pendapatan sekitar Rp600 triliun, berdasarkan asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS. Ini juga menempatkan Indonesia sebagai eksportir terbesar industri hilirisasi nikel di dunia.

Baca Juga: Indonesia Menghadapi Krisis Politik, Akademisi Diminta Turun Tangan

Bahlil mengungkapkan bahwa keberhasilan tersebut tidak hanya meningkatkan posisi Indonesia di pasar global tetapi juga memperkuat reputasi negara di hadapan China, Eropa, dan Amerika. Dalam waktu kurang dari lima tahun, Indonesia berhasil mengubah posisinya secara strategis di pasar nikel dunia.

Dia menekankan bahwa hilirisasi industri adalah langkah krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, dia juga mencatat tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penguasaan teknologi dan pasar yang masih didominasi oleh pihak asing.

Baca Juga: Fitur Archive Instagram Bakal Dihapus? Begini Cara Simpannya Sebelum Hilang

Oleh karena itu, Bahlil menegaskan bahwa penting bagi Indonesia untuk mengendalikan penentuan harga komoditas strategis.

"Kita harus memperbaiki situasi di mana harga batu bara di Australia lebih tinggi dibandingkan dengan harga batu bara kita, meskipun kita adalah eksportir terbesar di dunia," katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Panji Setiawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X