Ada pula program Foreign Military Financing (FMF) yang memberi pinjaman atau hibah ke negara lain agar bisa membeli senjata Amerika. Uang yang tampak sebagai “bantuan” itu sebenarnya kembali lagi ke perusahaan-perusahaan Amerika.
Kritik Tak Pernah Reda
Meski menguntungkan secara ekonomi, ekspor senjata Amerika menuai kritik tajam. Banyak senjata mereka dipakai dalam konflik yang menimbulkan korban sipil, seperti di Yaman dan Gaza.
Baca Juga: Presiden FIFA Ucapkan Selamat untuk Erick Thohir yang Dilantik Jadi Menpora
Organisasi internasional menilai Amerika ikut bertanggung jawab atas dampak buruk tersebut. Selain itu, penjualan senjata sering memperpanjang konflik dan memicu perlombaan senjata di berbagai kawasan.
Di dalam negeri, warga Amerika juga sering mempertanyakan mengapa anggaran militer terus membengkak, sementara pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur masih kekurangan dana.
Perang Jadi Bisnis
Pada akhirnya, bagi Amerika, perang bukan hanya urusan keamanan, tetapi juga bisnis. Senjata menjadi komoditas yang menguntungkan sekaligus memperluas pengaruh politiknya di dunia.
Artikel Terkait
Kesepakatan Dagang Trump-Prabowo Dikritik Warga AS, Sebut Tarif 19 Persen Justru Dibebankan ke Warga Amerika