REFERENSIBERITA.COM – Perang di berbagai belahan dunia sering membawa duka dan penderitaan. Namun, bagi Amerika Serikat, konflik global mungkin justru bisa menjadi ladang bisnis bernilai triliunan rupiah.
Baca Juga: Ketika Presiden Prabowo Bicara Ketahanan Pangan hingga Dukungan ke Palestina di Sidang Umum PBB
Negeri Paman Sam ini bukan hanya negara dengan anggaran pertahanan terbesar, tetapi juga eksportir senjata nomor satu di dunia. Hampir setiap konflik besar, ada jejak industri senjata Amerika di dalamnya.
Anggaran Fantastis
Pada 2024, Amerika Serikat menggelontorkan hampir 900 miliar dolar AS untuk anggaran militernya. Menariknya, sebagian besar dana itu tidak dipakai langsung oleh tentara, melainkan mengalir ke perusahaan-perusahaan swasta yang menjadi kontraktor pertahanan.
Nama-nama besar seperti Lockheed Martin, Boeing Defense, Raytheon, Northrop Grumman, hingga General Dynamics mendapat kontrak bernilai miliaran dolar untuk memproduksi jet tempur F-35, rudal Patriot, tank Abrams, sampai satelit militer.
Kuasai Pasar Senjata Dunia
Tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, Amerika juga aktif menjual senjata ke berbagai negara sekutunya. Data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mencatat, pada periode 2020–2024 Amerika menguasai sekitar 43 persen pasar ekspor senjata dunia.
Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, Australia, Israel, hingga Polandia termasuk pembeli utama senjata buatan Amerika.
Senjata Jadi Alat Politik
Lebih dari sekadar bisnis, ekspor senjata juga menjadi strategi politik luar negeri. Melalui program Foreign Military Sales (FMS), negara-negara pembeli senjata canggih Amerika otomatis bergantung pada pelatihan, suku cadang, hingga perawatan dari Washington.
Ketergantungan ini menciptakan ikatan politik yang kuat. Misalnya, di Timur Tengah, Amerika menjual senjata canggih ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Israel untuk menahan pengaruh Iran. Di kawasan Indo Pasifik, Jepang, Korea Selatan, dan Australia mendapat alutsista untuk mengimbangi kekuatan militer China.
Dari Ukraina hingga Teknologi Ruang Angkasa
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Amerika telah mengirimkan bantuan militer senilai lebih dari 50 miliar dolar AS. Bantuan ini tidak hanya memperkuat Ukraina, tetapi juga memperbesar pengaruh Amerika di Eropa.
Kini, industri senjata Amerika juga merambah teknologi baru. Tidak hanya tank dan peluru, tetapi juga kecerdasan buatan, satelit tempur, hingga teknologi luar angkasa.
Mesin Ekonomi
Di dalam negeri, bisnis senjata menjadi mesin ekonomi besar. Pada 2022 saja, nilai kontrak Foreign Military Sales mencapai lebih dari 50 miliar dolar AS. Industri ini juga menyerap ratusan ribu tenaga kerja, dari insinyur perancang pesawat hingga pekerja pabrik amunisi.
Artikel Terkait
Kesepakatan Dagang Trump-Prabowo Dikritik Warga AS, Sebut Tarif 19 Persen Justru Dibebankan ke Warga Amerika