“Coba kita bayangkan, negara dengan salah satu risiko bencana yang tinggi tapi tidak punya sistem peringatan dini yang memadai, kan ironis,” imbuhnya.
“Karena tidak ada informasi yang jelas, BNPB pun tidak punya infrastruktur informasi yang valid sehingga Kepala BNPB akhirnya mengambil sikap yang mungkin meremehkan,” sambungnya.
Kontroversi Pernyataan Kepala BNPB
Pernyataan Kepala BNPB itu dilontarkan dalam konferensi pers mengenai dampak banjir Sumatera yang dilakukan pada 28 November 2025.
Dalam momen tersebut, Suharyanto mengklaim bahwa dampak di lapangan berbeda dengan apa yang banyak terlihat di media sosial.
“Memang kemarin kelihatannya mencekam karena berseliweran di media sosial, tetapi begitu kami tiba langsung di lokasi, banyak daerah yang sudah tidak hujan. Yang paling serius memang Tapanuli Tengah, tetapi wilayah lain relatif membaik,” kata Suharyanto saat itu.
Pernyataan tersebut lantas ditarik dan permintaan maaf pun dilakukan karena telah meremehkan dampak banjir.
“Nah, Tapsel ini saya surprise begitu ya, saya tidak mengira sebesar ini. Saya mohon maaf, Pak Bupati,” kata Suharyanto saat mengunjungi Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah pada 30 Desember 2025.
Artikel Terkait
Ingatkan soal Masa Pascabencana Sumatera, Akademisi Singgung Dampak Kesehatan hingga Kehidupan Sosial Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Sumatera Masuk Ranah Pidana, Satgas PKH Sebut Banyak Korporasi Terindikasi