REFERENSI BERITA - Akhir bulan September 1945, pegawai kereta api beserta pejuang sukses mengambilalih perkeretaapian di Surabaya dari tangan Jepang.
Bermula dari Kantor Eksploitasi, kemudian dilakukan di masing-masing stasiun, depo, balai yasa dan kantor lainnya.
Bisa dikatakan, keberhasilan tersebut bukanlah akhir perjuangan. Bara perjuangan kembali menyala paska pasukan sekutu tiba di Surabaya.
Baca Juga: LaporCovid-19: Pemerintah Serampangan Lindungi Data Warga Negaranya
Kekacauan semakin memuncak, Bung Karno dan Bung Hatta pun turun tangan. Mereka melakukan perundingan gencatan senjata dengan pihak sekutu pada 30 Oktober 1945 bertempat di Kantor Gubernuran.
Kendati telah ada kesepakatan gencatan senjata namun di beberapa tempat masih terdapat perselisihan. Seperti insiden di Gedung Internatio yang menewaskan Jenderal A. W. S. Mallaby.
Kematian Jenderal Mallaby menyulut amarah pasukan Inggris. Lantas, Mayor Jenderal Mansergh menandatangani sebuah ultimatum.
Baca Juga: Catat, Ini Ketentuan SKD CPNS Kemenag Tahap I yang akan Dimulai pada 20 September 2021
Ulimatum tersebut mengharuskan pejuang di Surabaya menyerahkan diri selambatnya pada 9 November 1945 pukul enam sore, seperti dilansir dari laman kai.id, Sabtu, 11 November 2021.
Pemuda kereta api pun beraksi. Malam hari tanggal 9 November 1945, disiapkan rangkaian Kereta Api Luar Biasa untuk ancang-ancang mengungsikan rakyat ke luar Surabaya.
Di Stasiun Pasar Turi bersiap rangkaian kereta tujuan Lamongan. Sedang di Stasiun Surabaya Kota, disediakan kereta api jurusan Tarik-Mojokerto dan Sidoarjo-Bangil.
Baca Juga: Legislatif Minta Pemkot Serang lebih Serius Jalin Kerja Sama dengan Pihak Lain
Pada malam yang sama, Kantor Eksploitasi Timur dan Inspeksi Surabaya turut siap sedia diungsikan ke luar kota.
Secara umum, keluarga pegawai kereta yang ikut mengungsi hanya membawa pakaian dan barang sekadarnya saja.
Artikel Terkait
Sejarah Singkat Terbentuknya DPR RI
Inilah Makna Proklamasi Kemerdekaan bagi Umat Islam yang Jarang Diketahui
12 Pahlawan Nasional yang Berasal dari Sumatera Utara
Mengenal Nyi Hajar Dewantara, Pegiat Pendidikan dan Pergerakan Perempuan di Indonesia
Tiga Isi Surat RA Kartini tentang Pendidikan bagi Perempuan